Saturday 4 February 2012 4 comments

titik Nol KM Vredeburg...Kopi JOSS...BAKPIA Pathuk 25...-komplit-

waktu yang makin cemburu. Langit mulai menunjukkan petanda2 nya...*siap sedia*. Petang itu kami memutuskan untuk mengelilingi kota Yogyakarta. Jalan2 susur sepanjang Malioboro dan Pasar Beringharjo tak berkunjung surut. Masih hidup dan meriah menjadi syurga membeli belah dari segenap pelusuk warganya. Kenderaan kami bergerak meluncur laju menuju ke lokasi benteng Vrederburgh atau yang memanggilnya loji dan titil nol kilometer.  Ini merupakan persinggahan kami yang terakhir sebelum masing2 pulang ke pangkuan ..?..*ehehhe..;)*.

kutipan foto dari mbah google...ehee..;)

Syukurlah mereka masih memahami apa itu nilai estetika bangunan2 lama.  Kerana di negaraku banyak bangunan2 lama dibiarkan roboh dan kosong kaku tanpa tarikan yang tersendiri...*sedihhh...=(*. Sepertinya benteng ini tidak kurang seperti bangunan2 lama yang lain, di mana Vedernburgh juga menjadi tarikan yang utama selain kedudukan yang strategis antara pusat membeli belah di kota Yogya. Dengan menyimpan kesan sejarah yang tersendiri dan pemindahan milik dari Belanda kepada Sultan Yogyakarta, benteng ini akhirnya dijadikan tatapan umum dengan sebahagian bangunan di dalamnya dijadikan sebagai muzium,  tempat  duduk rehat santai dan menikmati pemandangan bangunan2 Indish.


memasuki ruang diodrama....

antara paparan diodrama2....;)


Seyogia membayar tiket masuk ke benteng, kami dihidangkan dengan pemandangan super model menjadi hiasan dan aksi bagi si fotograper. Memang tidak salah benteng ini selalu menjadi lokasi fotografer untuk kegiatan memotret kerana mempunyai elemen2 yang klasik tempo dulu. Walaupun bangunan ini kelihatan kuno, namun ia masih terawat dengan baik...*salut*. Tahap kebersihan ketika berlegar didalamnya juga begitu memuaskan. Menyusuri lorong2 di antara bangunan2 ini cukup memberikan aroma yang tersendiri. Mendekati sebuah pintu besar di sebuah bangunan Indish lalu ditarik dan kami memasuki ruangan bangunan yang memaparkan diodrama2 tentang sejarah perjuangan Indonesia. Memasuki setiap sudut dan membaca nota kecil tentang peristiwa yang disampaikan melalui diodrama tersebut seakan membawa kembali ke zaman silam. Ditambah dengan kesan khas suram sepanjang dalam bangunan dan kesan khas bangunan lama...*salut sekali lagi kerana telah memaksimalkan bangunan ini sebagai  historical value nya...;)

bangunan2 dengan elemen2 Indish...ahaak


Setelah itu, kami keluar menikmati suasana luar bangunan yang turut diserikan dengan bangunan dan rumah2 Indish yang klasik. Dikatakan bahawa di sinilah merupakan kawasan Eropah yang pertama di Yogyakarta   ketika dulu. Mahukan susana yang lain dengan kesan khas Eropah, anda boleh ke sini menatapi segala bangunan2 Indish yang masih dijaga dengan baik dan mempunyai nilai sentimental yang sangat tinggi ...*moga tidak terlewatkan yah...;).

eheeee....penuh semua dengan barang2...(@-@)

Lelah juga yah mengelilingi kawasan ini  dengan rangkulan barangan bawaan yang banyak...*eheek..(@-@)*. Hemm...hujan mulai turun dengan rintikan syahdu sementara menyambut kepulangan kami di. Ohh yah..kami berencana untuk bertemu dengan teman backpaker kami di sini...*Topik n d geng...;)*. Sementara menunggu hujan reda, kami berteduh di pinggiran kerusi2 santai yang disediakan di bangunan ini....*menghabiskan masa dengan ber curhat.....eheee...upssss...=P*

mantappp...kopi jossss....*sumbangan foto dari intenet...ehee....=P

Tuttt...tuttt.....bunyi panggilan message inbox di telefon selular. Meredah hujan yang masih belum reda, kami memutuskan untuk keluar dari benteng dan meluncur laju menemui teman lama. Topikk..teman backpaker yang pernah menawarkan kami penginpanan di Jogja dulu dan akhirnya kita dipertemukan lagi *sambil berdrama....ekekekke...=P*. Ahakk....lantas kami dibawa untuk menikmati kopi yang paling terkenal di sini iaitu KOPI JOSS. Ahak.....tahu kenapa dinamakan dengan nama kopi josss? Kelainan tersendiri dari kopi ini adalah dengan campuran arang hitam. Kopi yang panas dicampur dengan segugus arang akan mengeluar bunyi "jossssssssssssssssss", makanya ia dinamakan dengan kopi josss dan hanya dapat dinikmati di kota Yogyakarta sahaja....*jangan terlupa untuk mencoba yahh...;)

*foto sumbangan dari mbah google....uhuuk


erkkk..meleleh2....(@-@)

Hemmmm.....waktu keberangkatan pulang semakin hampir. Ohhh..MP..."aku teringin mau makan Bakpia Pathuk..plisss.....*eheee...nada memujukk....=P*. Ahaaa...Bakpia Pathuk juga adalah oleh2 yang seharusnya dibawa  dan jangan ketinggalan untuk mendapatkannya. Ia merupakan sejenis makanan khas dan terkenal di Yogya. Sebelum pulang, kami dibawa oleh Topik ke tempat pembuatan Bakpia Pathuk 25. Akhirnya dapat juga aku membelinya dengan perisa keju dan coklat pastinya. Upsss...terima kasih semuanya yang telah terlibat secara langsung dan tak langsung dalam perjalanan kami. Moga kalian juga terinspirasi untuk menikmati segala yang ada di sekitar anda dan dijadikan koleksi cerita. Entahkan itu tentang tulisan perjalanan, kulineri, tempat2 sejarah, museum2, gunung ganang, puisi2 atau hasil foto anda. Moga turut memberi inspirasi kepada orang lain dan saling membagi...;)


Wednesday 18 January 2012 3 comments

museum SONOBUDOYO....pelengkap...;)

Erkkk...sudah hari minggu? cepatnya waktu berlalu...*uhuuuu...kenapa dulu tidak memilih Yogya tapi Jakarta....*separuh menyesal..=(*. Pagi yang redup dan memperlihatkan cuaca yang agak kurang bersahabat. Dengan kenderaan yang disewa, kami meredah pagi di Yogya menuju ke Museum Sonobudyo kembali. Sudah tentu berbeza menikmati siang di sini berbanding malam dengan ditemani wayang kulit kan. Mahu tahu apa perbezaannya? Ahakk....sebaik tiba dan memakir kenderaan seperti biasa, sekali lagi kami disambut oleh senibina khas Museum Sonobudyo yang memperlihatkan sisinya yang jelas di kala siang hari. Panorama klasik yang sentemental sentiasa melekat setiap kali mengunjungi ke museum2. Seolah dibawa kembali ke zaman lampau...*memang itu tujuannya kan...eheeee...=P*.


Muzium yang berelemenkan senibina klasik jawa ini masih mengekalkan ciri khas rumah joglo ala Masjid Keraton Kesapuhan Cirebon. Kelihatan 3 gadis comel disebalik pintu masuk, siap sedia menunggu kedatangan kami ke muzium. Menurut ciriteranya, Museum Sonobudoyo ini merupakan antara museum yang terlengkap menyimpan sejarah dan budaya jawa setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Ini bermakna memasuki museum ini umpama kita telah menjelajah ke semua museum2 yang lain seperti museum kekayon, museum batik, museum wayang dll...*semuanya ada....all in one*. Hemm...amat sesuai bagi anda yang kesuntukan waktu untuk mengunjungi muzium2 yang lain kan...*tips yahh...;)*.  

topeng2 jawa....ada tarian topeng juga..;)

ukiran inding yg superbb...loike2..=D

ahaak...disebalik kalung biru itulah rangka manusianya

loike2...cumel...;)

manuskrip2 jawa kunoo....

Ahakk...mahu tahu apa yang kami perolehi di museum ini? Begini...setelah memasuki ruangan muzium dengan hamparan peralatan muzik gamelan beserta ukiran kayu yang serba unik di sudut halaman depan, kami melangkah masuk ke ruangan dalam muzium. Seperti biasa, aroma klasik dan mistik kembali menjelma saat masuk ke ruangan ini. Topeng2 jawa tersusun rapi di sebelah kiri beserta sepasang patung jawa dengan cahaya lilin yang begitu suram2 mistik....*erkkk...(@-@)..cuma yang tiada bau kemenyan jahh sebagai pelengkap..eheee*. Seterusnya kaki laju saja melangkah memasuki lebih dalam ruangan muzium yang mempamerkan rangka manusia dan tinggalan2 prasejarah dipamerkan di sudut cermit berkaca..*belum habis lagi rupanya kesan2 mistik di sini*. Antaranya seperti serpihan tembikar dan peralatan senjata zaman dahulu kala. Tidak cukup dengan koleksi tersebut, kami dibawa ke alam jawa lampau dengan catatan  manuskrip2 jawa kuno. Tulisan jawa2 yang membentuk tidak ubah seperti tulisan Hindhu-Thai ini begitu unik dicatat di permukaan kayu keras membentuk seperti sebuah buku....*kreatif2....*.

susun atur yang sebiji muzium tekstil...

hihihihihihi...(@-@)...which one yah...eheee..=P

Sudah penat..?Ohh masih banyak koleksi lain yang perlu diselongkar...=). Memasuki ke ruangan berikutnya umpama memasuki ke dunia tekstil...*hemm.....memang sebijik*. Dari sudut susun atur dan rentangan kain yang bermotif batik memang mirip seperti di Muzium Tektil Kuala Lumpur. *terpikir sejenak*. Apakah tukang perekanya juga merupakan orang yang sama di ruangan ini? *boleh jadi jugak kann...;)*. Selain dari hal batik -membatik, di ruangan ini juga turut memperagakan tatarias dan busana2 tradisi jawa yang sungguh indah...;).

koleksi2 wayang kulit

hemmm..x penah lagi tengok wayang jenis nihhh..=(

erkkkk...so scaryy....



ukiran2 kayu yang super halus...

loike2...rumah ber pendopo....=D...dream2?..


Masih belum rasa gerun lagi..? ahaak...Ayuh kita telusuri pula koleksi wayang kulit dan topeng2 yang menghiasi   dinding ruangan ini pula. Pelbagai jenis rupa wayang2 dan topeng2 yang dapat dilihat di sini. Dari yang cantik hinggalah hodoh dan menakutkan *itu yg pasti...sekali lagi merindinggggg....(@-@)*. Topeng2 jawa dari Madura dan Bali memperlihatkan senirupa topeng yang begitu menakutkan sekalii...*huhuhuhu...tegak bulu roma*. Dengan cepat aku memasuki ruangan akhir muzium ini. Ukiran2 kayu bermotif halus buatannya memenuhi di sudut kerusi dan meja. Seniukir yang halus dan dahsyat oleh si pembuat ini memang pantas dipuji. Namun antara semua koleksi ini, terdapat satu koleksi yang menarik perhatianku iaitu replika rumah adat jawa...aku memangilnya rumah ber "pendopo" jawa....*eheee...boleh jadi rumah impian..bab berangan..;)*.



upssssss......salah tempat yerkkk....

arca dewa Brahma...

Setelah yakin semua penjuru dan pelusok dijelajahi, kami mulai beranjak keluar. Tapi ini belum bermakna penjelajahan ke muzium ini sudah berakhir.  Tidak lengkap sekiranya anda ke sini jika tidak menjejakkan kaki di ruangan timbunan arca pada bahagian luar muzium. Arca Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan pasangan patung Dwipangga siap menunggu ketibaan kami beserta pintu masuk/gapura yang menaikkan elemen Bali di ruangan tersebut. *hemmm..patung ini mengingatkan aku tentang Kediri..:)*


INFO TAMBAHAN

  • Lokasi muzium ini berada di Jalan Trikora No.6 Yogyakarta.
  • Tiket masuk ke museum ini dikenakan sebanyak rp 3000 bagi dewasa dan rp2500 bagi kanak2.
  • ia dibuka setiap hari isnin-khamis dari jam 8-2 petang, jumaat dari jam 8-11 manakala hari sabtu-minggu dari jam 8-1 petang.
  • no yang dapat dihubungi untuk ke sini: +6274385664
Sunday 15 January 2012 4 comments

WAYANG KULIT di balik layar tancap...;)

tik..tik...tik....bunyi rintikan hujan di sudut jendela. Aku cuba menyelak buku2 traveling dan menyemak  kembali catatan perjalanan tentang aktiviti senibudaya di kota Yogyakarta di kala malam. Ahaaak...tertera wayang kulit di Museum Sonobudoyo. Tanpa berfikir panjang dan meredah hujan, kami ke kota yang masih hidup tanpa segan matinya meskipun hujan cuba mendamaikan kota Yogyakarta.

malam2 hujan yang masih hidup....~

Setelah memakir kenderaan yang agak berjauhan dengan museum kerana laluan utama ditutup, kami mulai berjalan kaki sambil menikmati malam gerimis menuju ke arah museum. Semoga nasib menyebelahi kami dan pertunjukan wayang kulit belum habis...*sambil berharap..uhukkk*. Dari catatanku,  pertunjukan wayang ini diadakan setiap malam di Museum Sonobudoyo kecuali hari minggu. Sejurus sampai, kami disambut oleh penjaga muzium sambil ditunjukkan tajuk pewayangan yang dimainkan pada malam itu.


tok dalang dan watak2 wayangnya....

sebahagian tokoh2 wayang dalam kitab2 jawa kuno...

Ahaaaa...rata-rata pertunjukan wayang di sini berlangsung selama 2 jam. Dengan mengambil cerita pewayangan dari kitab jawa kuno seperti kitab Ramayana, Mahabrata, Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda dengan menggunakan bahasa jawa halus semestinya menjadikan jalan ceritanya agak hidup. *hemm....tapi x berapa paham pun sebab jawe halus kannn (@-@)*. Sekali lagi kami disambut oleh bapak2  penjaga kaunter tiket wayang kulit yang berharga rp 20 ribu. Kebetulan waktu itu, pertunjukan wayang sudah lama berlangsung dan kira2 setengah jam lagi akan berakhir, kami hanya membayar rp 5 ribu tiap seorang. Ini sudah pasti setelah berlaku tawar menawar antara si bapak dan teman petualangku...*ekekkeke....si bapak bertanya mahunya beropo?. sudah ditanya sedemikian, kami mahunya yang paling murah pak...lalu mengeluarkan 1 keping  rp 10 ribu untuk dua orang...eheeeeee...;)....=P*



citera2 pewayangan yang dimainkan malam itu....

*mungkin ini gunungan yang dimaksudkan di museum Kekayon

Kembali dibawa ke alam sejarah wayang kulit, rupa2nya kemunculannya di tanah jawa memiliki ceritera yang tersendiri yang mempunyai kaitan yang erat dengan kedatangan Islam di jawa. Antaranya adalah peranan Wali Songo yang menciptakan dan mengadaptasikan "wayang Beber" yang berkembang di saat kejayaan Hindu-Budha. Oleh kerana wayang begitu kuat dengan adat jawa, ia dijadikan sebagai saluran media yang tepat untuk menyebarkan dakwah Islam sehinggalah terciptanya wayang kulit sepertimana yang dimainkan di sebalik layar tancap.....*hemmmm...begitu rupanya.....*. Kebiasaanya pertunjukan wayang kulit ini  dimainkan oleh penghibur masyarakat iaitu tok dalang yang hebat. Masakan tidak, selama semalam suntuk, semua tokoh2 wayang yang banyak hanya dimainkan oleh seorang tok dalang yang boleh mengubah karakter suara, berganti intonasi bahkan kadang2 menyanyi. Untuk menghidupkan suasana pula tok dalang akan dibantu oleh para pemain gamelan dan ibu2 yang menyanyikan lagu gamelan jawa....*takjub2...*.

keting2...apabila wayang kulit dilagakan...



para pemain alatan gamelan....

keting...keting..keting....bunyi wayang bergema di sebalik layar yang dimainkan oleh tok dalang sambil menggerakkan tokoh2 wayangnya. Pantas sahaja jari jemari tok dalang tersebut melakukan aksi2 wayang yang kembali menggamit nostalgia lama. Owh yah...yang menariknya pertunjukan di sini, kita boleh memilih untuk menyaksikan pertunjukkan wayang di kedua sisi samada di depan layar @ di belakang layar....*boleh bayangkan x..?*.  Uniknya di belakang layar, kami dapat melihat sendiri beberapa gerombolan ahli2 wayang yang berusaha menjayakan  pertunjukkan wayang malam itu.  Bapak2 yang memukul alat 2 muzik, ibu2 yang menyanyikan lagu gamelan jawa sebagai lagu latar pewayangan dan tok dalang sendiri sambil memegang tokoh2 wayang yang berwarna-warni. Manakala di depan layar pula, kami seperti dibawa ke zaman lampau bertemankan bayangan wayang di sebalik layar tancap yang disinari dengan suluhan lampu blencong...*klasikkkkkkkkkkkk...=D*.

eheeeeee...tersesat yoooo...=P


Kerusi2 masih banyak yang kosong. Tanpa segan silu kami dengan sukahati berpindah2 ke depan dan belakang pentas sambil men snap segala peluang dan peristiwa yang dapat dirakam. *eheee....iki jurnalis opo ki? dibilang bapaknya...gak pak..kita cuma hobi doang..erkkk...=P*. Pertunjukan wayang malam itu hanya disaksikan oleh kami orang Asia dan beberapa gerombolan warga asing...*uhuuk...=P*. keting2...keting2...sekali lagi tok dalang menggerakkan wayangnya dengan iringan gamelan jawa yang rancak dengan paduan suara ibu2 yang digelar sebagai "para sinden" yang lunak dan merdu.

habisss sudahh...;)

eheee...bapak pembuat wayang yang sempoi..;)

ahaaak...beginilah wayang kulit dibuat yer kawan2.....

uhuuii...siap sudah sebagai cenderamata...

Setelah selesai pertunjukan wayang, kami diajak ke ruangan pembuatan wayang yang terletak ruangan bersebelahan. Terdapat beberapa koleksi wayang yang sudah siap diukir dan dijual sebagai cenderamata boleh didapati di sini. Silakan saja memilih koleksi wayang bagi yang berminat...*eheee..mana tahu boleh dijadikan koleksi seperti Museum Kekayon pula..ekekekee...;)*. 

Jemput baca juga di sini yah...(dofont)...;)

INFO TAMBAHAN

  • Pertunjukan wayang kulit ini dapat disaksikan di Museum Sonobudoyo, Jl.Trikora No.6, Yogyakarta.
  • Pertunjukan ini diadakan setiap hari Isnin-sabtu dari jam 8-10 malam
  • Tiket wayang sebanyak rp 20 ribu..


Wednesday 11 January 2012 4 comments

KOTAGEDE menjadi saksi kerajaan MATARAM...=)

Sepertinya mengunjungi kota Yogyakarta tidak cukup sebarang 2 hari malahan makan waktu berhari2. Ini kerana banyaknya tempat2 sejarah, alam, budaya dan kulineri yang tak kunjung habis disantap. Selari dengan tema kota ini sebagai Never Ending Asia seakan mengiyakan. Begitu banyak warisan2 sejarah dan budaya yang tidak rugi untuk dihayati oleh generasi muda seperti kami...*perasan pulak muda..ehehehe..=P*. Seperti kota2 lama yang lain, Kotagede juga menjanjikan ketertarikan yang tersendiri selain tinggalan keraton/istana Yogyakarta.

selamat datang ke Kotagede...ehee..;)



Sebenarnya memasuki kota lama ini, kami sedikit kabur dengan tempat yang harus dikungjungi. Kebingungan harus dimulai dari yang mana dan diakhiri dari mana mungkin kerana kurangnya infomasi yang didapatkan. Jadinya, kami hanya sekadar men snap foto2 yang dikira menarik sepanjang perjalanan kami di sana. Deretan rumah2 dan bangunan lama memenuhi sepanjang jalan yang kami lewati. Yang menariknya setiap deretan rumah di sini tersimpan lorong2 kecil tersembunyi yang bertuliskan "perajinan perak". Yah..sememangnya kota ini memang terkenal dengan hasil kraftangan seni perak yang cukup halus buatannya. Bagi anda yang menyukai hasil tangan seni perak, jangan lupa menjadikan Kotagede sebagai tempat berbelanja anda nanti...;) 
senibina masjid di tepi jalanan yang bagus...


bangunan2 tua sepanjang jalan...

Berawal dari sejarah yang telah membentuk sistem sosial dan kepercayaan masyarakatnya, Kotagede yang dahulunya pernah menjadi ibukota bagi kerajaan Mataram Islam telah berkembang hingga saat ini sebagai warisan yang harus dijaga supaya tidak terhapus ditelan zaman. Dikhabarkan bahawa Kotagede dahulunya cukup memainkan peranan yang penting dalam panggung sejarah dan budaya Jawa. Dalam masa yang singkat kota ini telah memiliki komponen dan struktur sebagaimana lazimnya bagi sebuah pusat pemerintahan kerajaan Islam. Ini dapat dilihat melalui tinggalan sejarah seperti keraton/istana, tembok, masjid, pasar, pemukiman penduduk dan makam..*kebiasaan bagi sebuah kerajaan jawa mungkin...eheeee..=P*


bapak beca..bapak beca di tengah jalan....ehee...ada lagunya kannn?


yuhuiii..kami dah jumpaaa....
rumah2 warga setempat...

inilah gapura/pintu gerbang masuk kerajaan jawa..

Melewati Pasar Gede yang sesak oleh warga setempat, kami mencoba nasib bertanya kepada bapak2 di tepi jalanan tempat menarik di Kotagede. Dengan ramah, si bapak menunjukkan jalan ke arah Makam Raja2 Mataram yang menjadi antara kunjungan utama di sini...*wooo..kita sudah menjumpai tinggalan sejarah...gembira*.  Papan tanda Makam Raja2 Mataram menyambut kedatangan kami beserta deretan rumah2 tradisional yang katanya selaku penjaga setia tinggalan kerajaan Mataram. Dari jauh sudah kelihatan sebuah gapura/pintu gerbang yang menjadi simbol kerajaan jawa. *erkkk...seperti berada di zaman2 jawa dan begitu klasik auranya...ehee...;)*.

tembok2 kerajan Mataram yang kelihatan masih gah kann....

terpesonaaaaa....~

tinggalan Masjid Agung Mataram...

sekitar masjid agung


suka dengan diding ini yang berukir...lihat di atas dinding nih seperti candi kannn...=D

Rasa takjub kembali mencengkam seraya melihat senibina halus dibalik pintu gerbang/gapura ini. Tembok yang membentuk seperti layaknya sebuah kerajaan yang gah di masa silamnya. Oh yah..untuk sampai ke peninggalan makam tersebut, kami harus melalui beberapa gapura/pintu gerbang yang berada di sini. Setelah melepasi gapura pertama, kami dihubungkan dengan halaman luas yang menempatkan sebuah masjid Agung yang manjadi saksi tinggalan kerajaan Mataram Islam. Katanya masjid ini dibangunkan oleh Sultan Agung yang merupakan cucunda pendiri kerajaan Mataram. Namun, mataku masih sahaja meliar menatapi senibina di balik dinding2 tinggi kerajaan yang memaparkan corak motif bunga2 dan bucu2 bangunan yang membentuk seperti candi...*unikk...ehehehe...;)*. 

uhuui..pintu gapura berikutnyaaaaa....=)




anak2 kecil yang comel bermain...

selangkah memasuki kawasan pemakaman...




Setelah berjalan2 di sekitar halaman masjid kami mulai memasuki ke pintu gapura berikutnya yang menempatkan makam2 Raja Mataram yang dimaksudkan. Yakni makam Panembahan Senopati yang merupakan pendiri kerajaan Mataram dan Sultan Hanyokrokusumo yang merupakan Raja Mataram yang menyerang Batavia.*Ohh yah..sekiranya anda mempunyai keinginan yang kuat untuk melihat sendiri makam2 Raja ini...anda harus bersedia untuk memakai pakaian adat jawa yang disediakan di situ tanpa dibolehkan mometret gambar di dalamnya*.  Setelah menimbang2, kami memutuskan sekadar berada di halaman luar makam yang menempatkan beberapa rumah kecil milik tinggalan kerajaan Mataram.


hehhhhh...tak pahammmm...(@-@)

antara tinggalan rumah2 kecil

bapak penjaga setia yang menjaga tinggalan kerajaan

petunjuk memasuki gapura terakhir....

yeahh..abis sudah dijelajah segala pelosok kerajaan...

Seperti biasa, tidah sah jika memasuki alam jawa tanpa rasa gerun..*uhuuk..*. Hemm...kebetulan ketika itu, aku melihat sekelompok ibu2 yang mungkin bertapa@ sedang melakukan ritual di halaman pemakaman ini. *mula merinding dengan bunyi2 nyaa..ehehehhee...=P*. Bapak juru kunci kerajaan Mataram beserta para penjaga abdinya masih sahaja dapat dilihat di balik rumah2 kecil ini.  Perjalanan kami hari itu diakhiri dengan melepasi gapura terakhir yang menyajikan tempat pemandian bagi lelaki dan perempuan yang melingkari di bahagian hujung kerajaan ini. Ini menandakan selesainya pencarian tinggalan sejarah bagi Makam Raja2 Mataram pada petang itu.....*penattt sudaah...(@-@)*. 




 
;